Kamis, 02 Oktober 2014

Apakah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau Terapi Perilaku Kognitif?

Prinsip dasar dari CBT adalah bahwa cara kita berpikir dalam situasi tertentu mempengaruhi bagaimana kita merasa emosional dan fisik, dan mengubah perilaku kita.
Ini adalah campuran dari terapi kognitif dan perilaku. Mereka sering digabungkan karena bagaimana kita berperilaku sering mencerminkan bagaimana kita berpikir tentang hal-hal tertentu atau situasi. Penekanan pada aspek kognitif atau perilaku terapi dapat bervariasi, tergantung pada kondisi klien/pasien.
Hal ini banyak berevolusi dari psikologi perilaku dengan tradisi penelitian yang kuat dan penekanan pada teori belajar. Teori pengkondisian klasik Pavlov (1927) dan pengkondisian operan dari Skinner (1938) diikuti oleh karya Dollar dan Miller (1950) yang mencoba menulis ulang teori psikoanalisis menggunakan terminologi yang diasosiasikan dengan berbasis teori pembelajaran laboratorium. Wolpe (1958) membuat kontribusi besar dengan aplikasinya tentang pengetahuan laboratorium untuk interpretasi perilaku neurotik, sehingga dalam pengembangan intervensi terapeutik (O`Kelly, 2010).
Prinsip dasar dari CBT adalah bahwa cara kita berpikir dalam situasi tertentu mempengaruhi bagaimana kita merasa emosional dan fisik, dan mengubah perilaku kita. Setiap orang akan memiliki cara berpikir sendiri, respon individu terhadap peristiwa tertentu. Kunci dari CBT adalah untuk mengidentifikasi pikiran yang paling penting, perasaan dan perilaku yang membentuk reaksi dan memutuskan apakah tanggapan tersebut rasional dan bermanfaat. CBT bekerja pada asumsi bahwa keyakinan Anda mempengaruhi emosi dan perilaku Anda dan bahwa dengan mengidentifikasi dan mengatasi pikiran bermasalah Anda dapat membantu untuk mengubah perilaku Anda menjadi pengalaman yang lebih baik. CBT dapat membantu Anda untuk memahami masalah besar dengan memecahkan mereka ke bagian yang lebih kecil. Hal ini membuat lebih mudah untuk melihat bagaimana mereka terhubung dan bagaimana mereka mempengaruhi Anda. Bagian-bagian ini adalah: Sebuah Situasi – masalah, peristiwa atau situasi yang sulit. Dari hal ini maka dapat mempengaruhi, seperti: pikiran, emosi, fisik/perasaan, dan tindakan.
Masing-masing bagian dapat mempengaruhi orang lain. Bagaimana Anda berpikir tentang suatu masalah dapat mempengaruhi bagaimana Anda merasa secara fisik dan emosional. Semua bidang kehidupan dapat terhubung seperti ini: lima bagian tadi. Apa yang terjadi di salah satu bagian dapat mempengaruhi semua bagian lainnya. Membantu dan tidak membantu sebuah reaksi terhadap kebanyakan situasi, tergantung pada bagaimana Anda berpikir tentang hal tersebut. Cara Anda berpikir dapat membantu – atau tidak membantu. Misalnya, apa yang Anda lakukan, di mana Anda melakukannya, bagaimana Anda melakukannya, dan ketika Anda memilih untuk melakukannya maka itu mempengaruhi kemampuan Anda untuk memmbentuk, mempertahankan hubungan, memperoleh keterampilan baru, membangun dan mempertahankan kerja, dan pada kahirnya mencapai tujuan pribadi. Masalah perilaku seperti agresi, gangguan kepribadian, ketidakpatuhan, penarikan diri, dan lain-lain.
CBT membantu individu untuk memahami masalah mereka serta menawarkan teknik yang memungkinkan orang untuk belajar untuk membuat perubahan di masing-masing bagian, yang mengarah ke peningkatan gejala emosional dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan mereka sendiri. Tidak ada reaksi individu benar atau salah. Namun, cara orang bereaksi terhadap peristiwa sering dapat memperburuk kehidupan mereka sebagai lingkaran setan.
Sebagai contoh, jika seseorang merasa tertekan, mereka bereaksi dengan menarik diri dari orang lain, yang hanya memperburuk suasana hati mereka lebih lanjut. Dengan mengidentifikasi apakah reaksi membantu atau tidak membantu dalam mencapai tujuan hidup tertentu, orang dapat membuat pilihan tentang bagaimana menanggapi situasi yang berbeda.
Contoh lain: Keyakinan tentang pengalaman yang sama dan emosi mereka sehingga mungkin kasus individu ditolak untuk pekerjaan. Dia mungkin percaya bahwa ia melewati untuk pekerjaan itu karena dia dasarnya tidak kompeten. Dalam hal ini, dia juga mungkin menjadi tertekan, dan dia mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk melamar pekerjaan yang serupa di masa mendatang. Jika, di sisi lain, ia percaya bahwa ia melewati karena bidang calon adalah sangat kuat, dia mungkin merasa kecewa tapi tidak tertekan, dan pengalaman mungkin tidak akan menghalangi dia dari melamar pekerjaan yang serupa lainnya.

CBT dapat menjadi terapi yang efektif untuk masalah-masalah berikut:
- Anger management
- Kecemasan dan serangan panik
- Permasalahan anak dan remaja
- Kelelahan kronis sindrom
- Gangguan kepribadian
- Skizofrenia
- Nyeri kronis
- Mepresi
- Masalah narkoba atau alkohol
- Kesulitan makan
- Masalah kesehatan umum
- Kebiasaan
- Mood yang berubah-ubah
- Obsesif-kompulsif
- fobia
- Pasca-traumatic stress disorder (PTSD)
- Masalah hubungan dan seksual
- Masalah tidur
- Menurunkan Berat Badan
- dan masih banyak lagi

Aaron T. Beck adalah seorang pakar di bidang kognitif yang sangat berpengaruh dalam perkembangan CBT. Mari kita kita lihat sekilas tentang Aaron T. Beck di bawah ini.
Pada tahun 1960, Aaron T. Beck, seorang psikiater, mengamati bahwa selama sesi analitis, pasien cenderung memiliki dialog internal yang terjadi di dalam pikiran mereka, hampir seolah-olah mereka sedang berbicara dengan diri mereka sendiri. Tapi mereka hanya akan melaporkan sebagian kecil dari pemikiran seperti ini kepadanya.
Sebagai contoh, dalam sebuah sesi terapi klien mungkin berpikir untuk dirinya sendiri: “Dia (terapis) belum mengatakan banyak saat ini. Aku ingin tahu apakah dia kesal dengan saya “Pikiran-pikiran bisa membuat klien merasa sedikit cemas atau mungkin terganggu?. Dia kemudian bisa menanggapi pemikiran ini dengan lebih jauh berpikir: “Dia mungkin lelah, atau mungkin saya belum berbicara tentang hal yang paling penting.” Pikiran kedua mungkin mengubah cara klien merasa.
Beck menyadari bahwa hubungan antara pikiran dan perasaan itu sangat penting. Dia menemukan pikiran-pikiran otomatis istilah untuk menggambarkan pikiran emosi-diisi yang mungkin muncul dalam pikiran. Beck menemukan bahwa orang-orang tidak selalu sepenuhnya menyadari pikiran seperti itu, tapi bisa belajar untuk mengidentifikasi dan melaporkan mereka. Jika seseorang merasa marah dalam beberapa cara, pikiran biasanya negatif dan tidak realistis atau membantu. Beck menemukan bahwa mengidentifikasi pikiran-pikiran adalah kunci untuk pemahaman klien dan mengatasi nya atau kesulitan nya.
Beck menyebutnya terapi kognitif karena pentingnya itu menempatkan pada pemikiran. Ini sekarang dikenal sebagai terapi kognitif-perilaku (CBT) karena terapi menggunakan teknik perilaku juga. Keseimbangan antara kognitif dan perilaku elemen bervariasi antara terapi yang berbeda dari jenis ini, tetapi semua datang di bawah terapi perilaku kognitif istilah payung. CBT sejak menjalani percobaan ilmiah yang sukses di banyak tempat oleh tim yang berbeda, dan telah diterapkan pada berbagai macam masalah.
Bagaimana orang berperilaku mempengaruhi hidup mereka dan bagaimana mereka menerima dukungan dengan berpedoman pada pilihan mereka. CBT
bagaimana Anda berpikir tentang diri Anda, dunia dan orang lain. Bagaimana yang Anda lakukan akan mempengaruhi pikiran dan perasaan Anda. CBT dapat membantu Anda untuk mengubah cara Anda berpikir (`Kognitif`) dan apa yang Anda lakukan (`Perilaku`). Perubahan ini dapat membantu Anda untuk merasa lebih baik. Tidak seperti beberapa perawatan berbicara lain, berfokus pada `di sini dan sekarang` masalah dan kesulitan. CBT berfokus pada penyebab permasalahan atau gejala di masa lalu, ia mencari cara untuk meningkatkan keadaan pikiran Anda sekarang.
CBT dapat memaksimalkan pada akal sehat Anda dan membantu Anda untuk melakukan hal-hal sehat yang Anda kadang-kadang dapat melakukannya secara alami dan tanpa berpikir dan meningkatkan secara teratur.
Efektivitas CBT untuk berbagai masalah psikologis telah diteliti secara luas daripada pendekatan psikoterapi lainnya. Reputasi CBT sebagai pengobatan yang sangat efektif berkembang. Beberapa studi mengungkapkan bahwa CBT lebih efektif daripada obat untuk pengobatan kecemasan dan depresi. Sebagai hasil dari penelitian ini, metode pengobatan yang singkat dan lebih intens telah dikembangkan untuk gangguan kecemasan tertentu seperti panik, kecemasan dalam kesulitan dalam kehidupan sosial, atau merasa khawatir sepanjang waktu.
CBT adalah pengobatan yang kuat karena menggabungkan aspek ilmiah, filosofis, dan perilaku menjadi satu pendekatan yang komprehensif untuk memahami dan mengatasi masalah psikologis yang umum.
CBT mendorong Anda untuk memahami bahwa pikiran Anda atau keyakinan terletak antara peristiwa dan perasaan utama Anda dan tindakan. Pikiran Anda, keyakinan, dan makna yang Anda berikan ke suatu acara, menghasilkan respon Anda emosi dan perilaku.

Sumber : 
http://viavitae.co.id/apakah-cognitive-behaviour-therapy-cbt-atau-terapi-perilaku-kognitif/
Dr. Neil Aldrin ; Pendiri dan Direktur ViaVitae Psychology Consultant & Training Centre.

Kamis, 20 Juni 2013

MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL



MALUKU SEBAGAI LUMBUNG IKAN NASIONAL



I. DEFENISI MASALAH KEBIJAKAN

Lumbung Ikan dalam program ini diartikan sebagai kawasan penghasil ikan utama di Indonesia secara berkelanjutan, yang pengelolaannya terintegrasi di dalam kerangka Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN).
Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) diartikan sebagai rangkaian kegiatan pengelolaan produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran hasil kelautan perikanan, yang dilakukan secara bertahap dan saling berkaitan pada level nasional, agar tercipta jaminan ketersediaan, stabilitas harga, ketahanan pangan, menjaga kualitas ikan, serta mendorong pertumbuhan industri pengolahan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

II. BUKTI PERMASALAHAN

Ikan secara nyata telah menjadi salah satu komoditi pangan penting dalam memenuhi kebutuhan domestik Indonesia dan juga masyarakat dunia. Konsumsi ikan secara global saat ini semakin meningkat. Peningkatan konsumsi ikan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : (a) Meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya pendapatan masyarakat dunia, (b) Meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food) (rendahnya kandungan kolesterol, tinggi asam lemak tak jenuh ganda omega-3, dan komposisi asam amino yang lebih lengkap) sehingga mendorong konsumsi  daging dari pola red meat ke white meat, dan (c) Berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan seperti sapi gila, anthraks, dan flu burung. Sehingga produk perikanan menjadi pilihan alternatif terbaik. Terjadinya perubahan paradigma dan pemahaman masyarakat tersebut, maka ikan dirasakan sebagai salah satu pilihan terbaik bagi salah satu sumber protein penting dan diperlukan dukungan yang tinggi dari pemerintah terhadap penyediaan pangan hewani.


1.1.            Potensi Kelautan Perikanan
Maluku merupakan salah satu provinsi kepulauan dengan luas wilayah 712.479,65 Km2 memiliki laut dengan luasan mencapai 92,4% (658.294,69 Km2) dibandingkan dengan daratannya yang luasnya hanya  7,6%(54.185 Km2). Letak geografis Maluku menyebabkan keadaan oseanografinya memberikan beberapa keuntungan yang membuatnya kaya akan sumberdaya ikan. Laut Banda misalnya menjadi tujuan ruaya beberapa jenis pelagis besarseperti tuna sebagai feeding dan spawning ground jenis tersebut. Dengan jumlah pulau sebanyak 1411 buah juga memungkinkan dikembangkannya berbagai kegiatan budidaya laut dan payaudi Provinsi ini. Semua potensi kelautan perikanan Maluku tersebut dapat dikelompokan menjadi potensi perikanan tangkap, perikanan budidaya serta pesisir dan pulau kecil, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.1.1.      Potensi Perikanan Tangkap
Wilayah laut Provinsi Maluku memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar, yang kesemuanya terbagi kedalam 3 (tiga) WPP (wilayah Pengelolaan Perikanan). Berdasarkan hasil kajian potensi sumberdaya ikan nasional yang dilakukan oleh Kelompok Pengkajian Stok Ikan Nasional, potensi ikan pada ketiga Wilayah Pengeloaan Perikanan (WPP) di Provinsi Maluku tersebut adalah sebagai berikut :
(1)     WPP Laut Seram dan Teluk Tomini diperoleh nilai potensi sebesar 587.000 ton/tahun yang didominasi oleh ikan pelagis kecil (378.800 ton/tahun), ikan pelagis besar (106.000 ton/tahun) dan ikan demersal (83.800 ton/tahun). Pada WPP ini terdapat  tingkat  pemanfaatan  yang  baik  dan peluang pengembangan pada sumberdaya ikan pelagis besar, pelagis kecil dan ikan demersal. Untuk komoditas  Udang  Penaeid    telah   melampaui  kapasitas  atau  telah  terjadi  over  fishing  sehingga  perlu  dibatasi  aktifitas  penangkapannya.Adapun total potensi yang tersedia secara keseluruhan adalah sebesar 587.000 ton/tahun, sedangkan total jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) secara keseluruhan adalah 469.500 ton/tahun.
(2)     WPP Laut Banda diperoleh nilai potensi sebesar 248.400 ton/tahun yang didominasi oleh ikan pelagis kecil (132.000 ton/tahun), ikan pelajik besar (104.100 ton/tahun) dan ikan demersal (9.300 ton/tahun) dengan total jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 198.700 ton/tahun. Untuk WPP Laut Banda secara total potensi yang tersedia  adalah sebesar 248.400 ton/tahun, dengan total jumlah tangkap yang diperbolehkan 198.700 ton/tahun. Hasil kajian untuk WPP ini juga menunjukan bahwa, telah terjadi aktifitas tangkap lebih (over fishing) terutama jenis ikan pelagis kecil, ikan demersal dan cumi–cumi, sedangkan peluang pengembangan masih dapat dilakukan pada sumberdaya perikanan pelagis besar.
(3)     WPP Laut Arafura diperoleh nilai potensi sebesar 792.100 ton/tahun yang didominasi oleh ikan pelagis kecil (468.700 ton/tahun), ikan demersal (246.800 ton/tahun) dan ikan pelagis besar (50.900 ton/tahun).Untuk WPP Laut Arafura pengkajian yang dilakukan menunjukan adanya ketersediaan potensi sumberdaya ikan secara keseluruhan sebesar 792.100 ton/tahun, dengan total jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 633.600 ton/tahun.  Pada WPP ini terdapat peluang untuk pengembangan penangkapan ikan pelagis kecil, sedangkan untuk sumberdaya ikan lainnya telah mendekati tingkat kejenuhan tetapi belum terjadi over fishing, sehingga memerlukan tindakan pengelolaan secara terbatas.
Aktifitas usaha penangkapan ikan yang telah dilaksanakan di ketiga WPP diatas, hingga Tahun 2010 menghasilkan produksi ikan sejumlah 368.132,3 ton. Jumlah ini baru 28,27% dari potensi sumberdaya ikan yang tersedia, namun karena ketiga WPP tersebut dikelola juga oleh Provinsi lain, maka hasil kajian menunjukan tingkat pemanfaatannya telah mencapai 42%.

1.1.2.      Potensi Budidaya Perikanan
Provinsi Maluku juga mempunyai peluang yang sangat besar untuk pengembangan budidaya perikanan, dilihat dari lingkungan strategis dan potensi sumberdaya lahan yang tersedia, utamanya untuk budidaya perikanan laut (marine culture) dan perikanan air payau.Lahan budidaya perikanan laut yang tersedia di Provinsi Maluku mencapai luas sekitar 495.300 Ha, dengan tingkat pemanfaatan baru sekitar 5 %. Potensi perikanan budidaya air payau Provinsi Maluku memiliki lahan potensial seluas 191.450 Ha dengan tingkat pemanfaatan 3,5%, yang dapat dikembangkan untuk budidaya udang dan bandeng. Sedangkan luas lahan efektif yang dapat dikembangkan untuk budidaya air tawar diperkirakan mencapai 11.700 Ha, utamanya  di Pulau Seram dan Buru, dengan tiingkat pemanfaatan dibawah 2 %.
Selain ketersediaan areal budidaya, juga tersedia potensi suplai benih bagi kegiatan budidaya, baik benih dari alam maupun dari pusat perbenihan. Sebagai informasi Loka Budidaya Laut Ambon setiap minggu bisa membuang 35 ribu ekor benih ikan kerapu ke perairan Teluk Ambon Dalam, karena rendahnya permintaan untuk kegiatan budidaya laut.

1.1.3.      Potensi Pesisir Pulau Kecil
Beberapa ekosistem khas pesisir di Provinsi Maluku seperti mangrove, lamun serta terumbu karang, memiliki luasan yang signifikan untuk mendukung keberadaan dan keberlanjutan potensi perikanan kelautan lainnya terutama sumberdaya ikan. Ekosistem mangrove yang ada di Provinsi Maluku diperkirakan seluas 1.322.907  Km2, sedangkan eksistem terumbu karang seluas 1.323,44 Km2, dan lamun seluas 393,07 Km2. Selain itu ribuan pulau besar kecil di provinsi ini juga menyebabkan panjangnya garis pantai yang ada, dimana diketahui sekitar 10.630,10 km panjang garis pantai di Maluku atau 13 % dari total panjang garis pantai di Indonesia. Garis pantai yang panjang tersebut memungkinkan berlangsungnya berbagai kegiatan pesisir terutama kegiatan budidaya laut.
1.2.            Dukungan Kelembagaan dan Sarana Prasarana Kelautan Perikanan
Hingga saat ini terdapat beberapa kelembagaan dan sarana prasarana di Provinsi Maluku, yang dapat digunakan untuk mendukung pemanfaatan potensi kelautan perikanan yang besar tersebut. Kelembagaan yang ada meliputi lembaga pendidikan penunjang suplai sumberdaya manusia, lembaga penelitian penunjang teknologi, serta lembaga produksi penunjang bahan produksi.
1.2.1.      Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang ada meliputi strata pendidikan menengah umum hingga strata pendidikan tinggi, serta lembaga pendidikan non strata. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut yaitu Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM), serta beberapa perguruan tinggi seperti Akademi Maritim, Universitas Pattimura, Universitas Darusallam, Sekolah Tinggi Perikanan Neira dan Politeknik Perikanan Tual. Sedangkan lembaga pendidikan non strata adalah lembaga yang lebih bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan sumberdaya manusia kelautan perikanan, seperti Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan (BKPI), serta beberapa Balai lainnya yang disamping bertujuan mengembangkan teknologi dan memproduksi bahan dan sarana produksi, juga memberikan ketrampilan kepada pelaku kegiatan kelautan perikanan.
1.2.2.      Lembaga Penelitian
Lembaga penelitian yang berkontribusi bagi pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan antara lain meliputi lembaga penelitian yang berada dalam lembaga pendidikan seperti Fakultas Perikanan dan Fakultas Teknik Perkapalan pada Universitas Pattimura dan Universitas Darusallam. Selain itu terdapat juga beberapa lembaga penelitian dibawah kendali pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana sebagian dari lembaga ini selain mengembangkan teknologi juga berperan dalam suplai bahan dan sarana produksi. Lembaga-lembaga penelitian tersebut adalah LON LIPI Ambon, Loka Budidaya Laut Ambon, BPSDM Ambon, Balai Budidaya Ikan Payau Masika Jaya dan Balai Budidaya Laut Tual, serta Balai Benih Ikan Air Tawar Waiheru.

1.2.3.      Lembaga dan Sarana Pendukung Lainnya
Sarana Prasarana lain pendukung kegiatan kelautan perikanan di Provinsi Maluku antara lain beberapa pelabuhan perikanan, Laboratorium Pengujian Pengontrolan Mutu Hasil Perikanan, serta beberapa pelabuhan udara dengan penerbangan rutin berjadwal.
Di Provinsi Maluku terdapat 13 pelabuhan perikanan yang tersebar pada semua Kabupaten Kota, namun demikian hanya ada 6 pelabuhan perikanan yang saat ini dapat dimanfaatkan. Pelabuhan tersebut adalah PPN Pandan Kasturi dan PPI Eri di Ambon, PPN Dumar di Tual, PPI Masarette di Buru,PPI Amahai di Masohi dan PPI Tamher di Seram Timur. Pelabuhan-pelabuhan perikanan lainnya sebagian besar sedang dalam penyelesaian pembangunan, sehingga kedepan diharapkan dapat mendukung kegiatan kelautan perikanan di wilayah lain. Pelabuhan-pelabuhan ini adalah PPI Piru di Seram Barat, PPI Neira di Pulau Banda, PPI Kelvik Taar di Maluku Tenggara, PPI Dobo dan PPI Kalar-Kalar di Kepulauan Aru, PPI Saumlaki di Maluku Tenggara Barat dan PPI Wetar di Maluku Barat Daya.
Terdapat juga 3 Laboratorium Pengontrolan Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) yang dapat mendukung kegiatan ekspor dan intra seluler produk kelautan perikanan di Maluku. Laboratorium-laboratorium tersebut tersebar di Ambon, Tual dan Dobo.
Pelabuhan-pelabuhan udara yang telah menyelenggarakan penerbangan rutin berjadwal setiap hari adalah Pelabuhan Udara Tual, Dobo, Saumlaki, Bula dan Ambon. Pelabuhan-pelabuhan udara ini terhubung langsung dengan Ambon sebagai pintu keluar menuju pelabuhan internasional lainnya, dimana beberapa dari pelabuhan udara ini seperti Tual, Saumlaki dan Dobo memiliki jadwal penerbangan rutin lebih dari satu kali ke Ambon.
Secara nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki visi utama untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada Tahun 2015. Visi tersebut perlu didukung melalui beberapa program dimana salah satu dari program tersebut dapat dilakukan pada wilayah kelautan perikanan dengan potensi terbesar di Indonesia yaitu wilayah kelautan perikanan Provinsi Maluku.
Berdasarkan fakta potensi dan dukungan kelembagaan diatas, sudah seharusnya kekayaan sumber daya laut tersebut dapat mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Maluku pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.  Selain itu, Provinsi Maluku juga dapat menjadi Lumbung Ikan Nasional, mengingat besarnya potensi sumber daya ikan yang dikandung oleh perairan lautnya.

1.2.      Potensi Nelayan Lokal

            Dari data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 dapat dilihat bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebsesar 59.619; jumlah       armada penangkapan 50.492 buah;  jumlah unit alat penangkapan 65.409 buah  dengan total produksi 750.933,9 ton. Jumlah RTP nelayan pembudidaya sebesar 13.724 ; dengan luas areal budidaya 6.326 Ha, dengan total produksi sebesar 379.969



III. KAJIAN PENYEBAB MASALAH

Pada dasarnya, prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia telah diatur
jelas pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 (dikenal dengan sistem pengelolaan
bersifat state property), sehingga sumberdaya perikanan di Indonesia bersifat quasi
open access, dimana sumberdaya tidak sepenuhnya dapat diakses karena adanya peraturan yang mengatur. Namun, seringkali aturan dibuat tidak dengan cara partisipatif dan merupakan hasil pertimbangan dari pemerintah pusat tanpa memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat setempat. Akibatnya kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan justru menimbulkan masalah-masalah baru karena masing-masing pihak memiliki kepentingan, keinginan dan prioritas yang berbeda-
beda. Perbedaan kepentingan, keinginan dan prioritas yang ada merupakan sumber pemicu munculnya konflik .

Dari data  potensi perikanan yang ada, dapat dilihat bahwa dengan potensi yang ada  nelayan lokal akan kalah untuk dapat mengambil bagian dalam program kebijakan Lumbung Ikan Nasional. Hal yang paling ditakutkan adalah tidak mampunya nelayan lokal bersaing dengan perusahan-perusahan besar yang akan melakukan investasi penangkapan di perairan laut Maluku. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dalam segi modal dan peralatan yang dimiliki oleh nelayan lokal, sehingga dapat memicu permasalah baru atau konflik antara nelayan lokal dengan perusahan-perusahan yang dilengkapi dengan armada- armada tangkap yang berteknologi canggih.


IV. EVALUASI KEBIJAKAN LUMBUNG IKAN

Dalam satu tahun ter­akhir ini, Pengembangan Lumbung Ikan Nasional di Maluku merupakan sebuah konsep yang besar sehingga tidak terfokus pada apa yang perlu dan harus dilakukan. Banyak sarana dan prasarana serta infrastruktur,  yang belum memadai untuk menunjang program raksasa tersebut. Selain itu kesiapan masyarakat khususnya masyarakat nelayan di Maluku masih jauh dari harapan.


V. ALTERNATIF KEBIJKAN
  
Bertolak dari evaluasi diatas maka alternatif kebijakan yang dapat diambil adalah KKP melihat program secara tidak meluas namun lebih terfokus.  Pengembangan Lumbung Ikan Nasional di Maluku ke depan, harus lebih spesifik se­hingga ke depan pemerintah daerah dapat melihat hal tersebut secara tematis, dengan memfokuskan pada Satu Produk Unggulan Perikanan dari Maluku.

VI. KEBIJAKAN ALTERNATIF TERBAIK
Dari alternatif kebijakan yang diambil, maka dapat diambil sebuah kebjikan yang paling terbaik adalah, Maluku dijadikan sebagai produsen Mutiara dunia. Hal ini dikarenakan Provinsi Maluku merupakan peng­hasil mutiara terbaik di Indonesia, namun pengembangan pengelolaan­nya belum maksimal dibanding daerah-daerah penghasil mutiara lainnya di Indonesia.


SUMBER :

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. 2010. Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku. Ambon.

Soselissa, A., 2011. Bahan Kuliah Analisis Kebijakan. Program Pasca Sarjana, Universitas Pattimura Ambon.



Kamis, 06 September 2012

Helicobacter Pylori dan Penanganannya

Helicobacter Pylori dan Penanganannya





Definisi Helicobacter Pylori

Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Bakteri ini juga adalah penyebab yang paling umum dari borok-borok (ulcers) diseluruh dunia. Infeksi H. pylori kemungkinan besar didapat dengan memakan makanan dan air yang tercemar (terkontaminasi) dan melalui kontak orang ke orang. Di Amerika, 30% dari populasi orang dewasa terinfeksi. 50% dari orang-orang yang terinfeksi adalah terinfeksi pada umur 60 tahun. Infeksi lebih umum pada kondisi-kondisi hidup yang penuh sesak dengan sanitasi yang jelek. Pada negara-negara dengan sanitasi yang jelek, 90% dari populasi dewasa dapat terinfeksi. Individu-individu yang terinfeksi biasanya membawa infeksi terus menerus (tak terbatas) hingga mereka dirawat dengan obat-obat untuk membasmi bakteri. Satu dari setiap tujuh pasien dengan infeksi H. pylori akan mengembangkan borok-borok duodenum (usus dua belas jari) atau lambung. H. pylori juga berhubungan dengan kanker perut dan suatu tipe yang jarang dari tumor lymphocytic dari perut yang disebut MALT lymphoma.

Mendiagnosis Infeksi Helicobacter Pylori

Tes-tes yang akurat dan mudah untuk mendeteksi infeksi H. pylori tersedia. Mereka termasuk tes-tes darah antibodi, tes-tes napas urea, tes-tes antigen tinja , dan biopsi-biopsi endoskopi.
Tes-tes darah untuk kehadiran antibodi-antibodi dari H. pylori dapat dilaksanakan secara mudah dan cepat. Bagaimanapun, antibodi-antibodi darah dapat bertahan bertahun-tahun setelah pembasmian H. pylori dengan antibiotik-antibiotik. Oleh karenanya, tes-tes antibodi darah mungkin baik untuk mendiagnosis infeksi, namun mereka tidak baik untuk menentukan apakah antibiotik-antibiotik telah membasmi secara sukses bakteri-bakterinya.
Tes napas urea [urea breath test (UBT)] adalah suatu tes yang aman, mudah dan akurat untuk kehadiran dari H. pylori didalam perut/lambung. Tes napas bersandar pada kemampuan dari H. pylori mengurai kimia yang terjadi secara alami, urea, kedalam karbondioksida yang diserap dari perut dan dieliminasi dari tubuh dalam napas. Sepuluh sampai 20 menit setelah menelan sebuah kapsul yang mengandung suatu jumlah yang sangat kecil dari urea yang beradioaktif, suatu contoh napas diambil dan dianalisa untuk karbondioksida yang beradioaktif. Kehadiran dari karbondioksida yang beradioaktif dalam napas (sebuah tes yang positif) berarti bahwa ada infeksi yang aktif. Tes menjadi negatif (tidak ada karbondioksida beradioaktif dalam napas) tidak lama sesudah pembasmian bakteri dari perut dengan antibiotik-antibiotik. Meskipun faktanya bahwa individu-individu yang mempunyai tes napas terpapar pada suatu jumlah yang kecil dari radioaktif, tes napas telah dimodifikasi sehingga ia juga dapat dilaksanakan dengan urea yang tidak beradioaktif.
Endoskopi adalah suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis H. pylori begitu juga peradangan dan borok-borok yang disebabkan olehnya. Untuk endoskopi, dokter memasukkan suatu tabung peneropong yang lentur (endoscope) melalui mulut turun ke kerongkongan (esophagus), dan kedalam lambung dan duodenum. Sewaktu endoskopi contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dari lapisan lambung dapat diangkat/diambil. Sebuah contoh biopsi diletakkan diatas sebuah kaca mikroskop khusus yang mengandung urea (contoh, CLO test slides). Jika ureanya diurai oleh H. pylori didalam biopsi, ada suatu perubahan warna sekeliling biopsi pada kaca mikroskop. Ini berarti ada suatu infeksi dengan H. pylori didalam perut/lambung.
Tes yang paling akhir dikembangkan untuk H. pylori adalah suatu tes dimana kehadiran bakteri dapat didiagnosis dengan sebuah contoh dari feces/tinja. Tes menggunakan suatu antibodi dari H. pylori untuk memastikan jika H. pylori hadir dalam feces/tinja. Jika ya, itu berarti H. pylori menginfeksi perut. Seperti tes napas urea, sebagai tambahan pada diagnosis infeksi dengan H. pylori, feces dapat digunakan untuk menentukan apakah pembasmian telah efektif tidak lama kemudian setelah perawatan. 


Tujuan Merawat H. pylori

Infeksi kronis dengan H. pylori melemahkan pertahanan-pertahanan alami dari lapisan perut terhadap aksi/tindakan dari asam yang mebuat borok. Obat-obat yang menetralkan asam lambung (antacids), dan obat-obat yang mengurangi pengeluaran asam didalam lambung (H2-blockers dan proton pump inhibitors atau PPIs) telah digunakan secara efektif bertahun-tahun untuk merawat borok-borok. H2-blockers, termasuk ranitidine (Zantac), famotidine (Pepcid), cimetidine (Tagamet), dan nizatidine (Axid). PPIs termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), pantoprazole (Protonix), dan esomeprazole (Nexium). Antacids, H2-blockers dan PPIs, bagaimanapun, tidak membasmi H. pylori dari perut, dan borok-borok (ulcers) seringkali segera kembali setelah obat-obat ini dihentikan. Karenanya, antacids, H2-blockers atau PPIs harus diminum setip hari untuk bertahun-tahun untuk mencegah kekambuhan dari borok-borok dan komplikasi-komplikasi dari borok-borok seperti perdarahan, perforasi/pelubangan, dan gangguan perut. Pembasmian dari H. pylori mencegah kembalinya borok-borok dan komplikasi-komplikasi borok bahkan setelah obat-obat dihentikan. Pembasmian dari H. pylori juga adalah penting dalam merawat kondisi yang jarang yang dikenal sebagai MALT lymphoma dari perut. Perawatan dari H. pylori untuk mencegah kanker perut adalah kontroversial dan didiskusikan kemudian.

Merawat H. pylori

H. pylori adalah sulit untuk dibasmi dari perut karena ia mampu mengembangkan perlawanan terhadap antibiotik-antibiotik yang biasa digunakan. Oleh karenanya, dua atau tiga antibiotik-antibiotik biasanya diberikan bersama dengan suatu campuran yang mengandung PPI dan/atau bismuth untuk membasmi bakteri. Bismuth dan PPIs mempunyai efek-efek anti H. pylori. Contoh-contoh dari kombinasi-kombinasi obat-obat yang efektif adalah:
  • Suatu PPI, amoxicillin (Amoxil) dan clarithromycin (Biaxin)
  • Suatu PPI, metronidazole (Flagyl), tetracycline dan bismuth subsalicylate
Kombinasi-kombinasi dari obat-obat ini dapat diharapkan menyembuhkan 70%-90% dari infeksi-infeksi. Bagaimanapun, studi-studi telah menunjukkan bahwa perlawanan dari H. pylori (kegagalan dari antibiotik-antibiotik untuk membasmi bakteri-bakteri) pada clarithromycin adalah umum diantara pasien-pasien yang mempunyai paparan sebelumnya pada clarithromycin atau antibiotik-antibiotik macrolide lainnya yang secara kimia serupa (seperti erythromycin). Dengan cara yang ama, perlawanan H. pylori pada metronidazole adalah umum diantara pasien-pasien yang mempunyai paparan sebelumnya pada metronidazole. Pada pasien-pasien ini, dokter-dokter harus mencari konbinasi-kombinasi lain dari antibiotik-antibiotik untuk merawat H. pylori. Perlawanan (resistensi) terhadap antibiotik adalah penyebab yang lain mengapa antibiotik-antibiotik harus digunakan secara hati-hati dan bijaksana untuk sebab-sebab yang benar, dan penggunaan antibiotik-antibiotik yang sembarangan untuk sebab-sebab yang tidak pantas harus tidak dilakukan.
Beberapa dokter mungkin ingin memastikan pembasmian dari H. pylori setelah perawatan dengan suatu tes napas urea atau suatu tes feces, terutama jika telah ada komplikasi-komplikasi serius dari infeksi seperti perforasi/pelubangan atau perdarahan didalam lambung atau duodenum. Biops-biopsi endoskopi untuk memastikan pembasmian bakteri adalah tidak perlu, dan tes-tes darah adalah tidak baik untuk memastikan pembasmian karena akan memakan waktu berbulan-bulan untuk antibodi-antibodi dari H. pylori untuk berkurang. Tes-tes terbaik untuk memastikan pembasmian adalah tes-tes napas dan feces yang telah dibahas sebelumnya. Pasien-pasien yang telah gagal untuk membasmi H. pylori dengan perawatan dirawat kembali, seringkali dengan suatu kombinasi berbeda dari obat-obatan. 


Siapa Yang Harus Menerima Perawatan ?

Ada suatu konsensus umum diantara dokter-dokter bahwa pasien-pasien harus dirawat jika mereka terinfeksi dengan H. pylori dan mempunyai borok-borok (ulcers). Tujuan dari perawatan adalah untuk membasmi bakteri, menyembuhkan borok-borok, dan mencegah kembalinya borok-borok. Pasien-pasien dengan MALT lymphoma dari perut juga harus dirawat. MALT lymphoma adalah jarang, namun tumor seringkali mundur dengan cepat atas pembasmian yang sukses dari H. pylori.
Pada saat ini tidak ada rekomendasi yang formal untuk merawat pasien-pasien yang terinfeksi H. pylori tanpa penyakit borok atau MALT lymphoma. Karena kombinasi-kombinasi antibiotik dapat mempunyai efek-efek sampingan dan kanker-kanker perut adalah jarang di Amerika, dirasakan bahwa risiko-risiko perawatan untuk membasmi H. pylori pada pasien-pasien tanpa gejala-gejala atau borok-borok mungkin tidak membenarkan manfaat-manfaat yang tidak terbukti dari perawatan untuk tujuan pencegahan kanker perut. Pada sisi lain, infeksi H pylori diketahui menyebabkan atrophic gastritis (peradangan kronis dari perut yang menjurus pada berhentinya pertumbuhan lapisan dalam perut). Beberapa dokter-dokter percaya bahwa atrophic gastritis dapat menjurus pada perubahan-perubahan sel (intestinal metaplasia) yang dapat menjadi pelopor dari kanker perut. Studi-studi telah menunjukkan bahwa pembasmian H.pylori dapat membalikkan atrophic gastritis. Jadi, beberapa dokter-dokter merekomendasikan perawatan dari pasien-pasien yang bebas borok dan gejala yang terinfeksi H. pylori.
Banyak dokter-dokter percaya bahwa dyspepsia mungkin berhubungan dengan infeksi H. pylori. Meskipun masih belum jelas apakah H. pylori menyebabkan dyspepsia, banyak dokter-dokter akan memeriksa pasien-pasien dengan infeksi H. pylori dan merawat mereka jika infeksi hadir.
Ilmuwan-ilmuwan yang sedang mempelajari genetik-genetik dari H. pylori telah menemukan tipe-tipe (strain) berbeda dari bakteri-bakteri. Beberapa tipe-tipe dari H. pylori tampaknya lebih mudah menyebabkan borok-borok dan kanker perut. Penelitian lebih lanjut pada area ini mungkin membantu dokter-dokter untuk memilih secara cerdas pasien-pasien yang memerlukan perawatan. Vaksinasi terhadap H. pylori tampaknya tidak tersedia dalam waktu yang dekat.

Sumber : http://www.totalkesehatananda.com/hpylori1.html


TERAPI KOMBINASI UNTUK ERADIKASI HELICOBACTER PYLORI PADA PEPTIC ULCER DISEASE

TERAPI KOMBINASI UNTUK ERADIKASI HELICOBACTER PYLORI
PADA PEPTIC ULCER DISEASE

Penulis : Heribertus Rinto Wibowo (078115053)
Mahasiswa Program Studi Apoteker
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Apakah Anda sering mengalami nyeri pada saluran cerna? Apakah Anda mempunyai riwayat sakit maag? Ataukah Anda sering merasa mual dan muntah serta sering terbangun di malam hari karena mengalami rasa nyeri yang hebat di bagian lambung atau di ulu hati? Jika iya, sebaiknya Anda perlu lebih waspada mulai dari sekarang. Nyeri merupakan suatu pertanda telah terjadi sesuatu yang tidak beres dalam tubuh Anda. Kemungkinan telah terjadi sesuatu di dalam saluran pencernaan Anda. Jangan pernah menganggap remeh rasa nyeri itu sebelum semuanya menjadi terlambat untuk diatasi.

Seringkali kita menganggap sakit atau nyeri yang sering terjadi di saluran cerna sebagai sakit maag yang disebabkan oleh asam lambung yang berlebihan. Asam lambung merupakan salah satu faktor yang biasanya menjadi kambing hitam untuk gangguan pada saluran cerna. Akibatnya, setiap ada nyeri pada bagian lambung atau usus, obat yang diberikan adalah obat antasid (anti acid atau anti asam). Hal tersebut memang tidak sepenuhnya salah, tetapi ada faktor lain yang perlu dicurigai sebagai penyebab sakit di saluran pencernaan, terutama di bagian lambung dan usus. Selain asam lambung yang berlebih, stress dan infeksi bakteri Helicobacter pylori juga memicu terjadinya luka pada mukosa lambung dan usus(3). Luka inilah yang dikenal sebagai tukak lambung dan tukak duodenum (peptic ulcer disease)(2). Faktor-faktor penyebab nyeri pada lambung atau usus harus diketahui untuk menentukan terapi pengobatan yang akan dilakukan.
Apa yang menjadi sasaran utama terapi tukak lambung dan tukak duodenum? Sasaran terapi ini adalah bakteri Helicobacter pylori dan asam lambung. Helicobacter pylori ditetapkan sebagai tersangka utama nomor dua sebagai penyebab utama terjadinya tukak lambung dan tukak duodenum setelah asam lambung. Pada tahun 1982, ketika Barry Marshall dan Robin Warren menemukan bakteri ini, stress dan gaya hidup masih dianggap sebagai penyebab utama tukak. Marshall dan Warren terus menerus meneliti bakteri ini dan akhirnya mendapatkan hubungan antara bakteri ini dengan tukak. Helicobacter pylori ditemukan pada lebih dari 90% pasien yang mengalami tukak duodenum dan 70% pasien yang mengalami tukak lambung(4). H.pylori merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk spiral yang membentuk koloni pada bagian bawah lambung (pada bagian pylorus atau pada daerah perbatasan dengan usus)(4). Berkat jasanya menemukan bakteri H.pylori sebagai penyebab baru tukak lambung dan tukak duodenum, Marshall dan Warren mendapatkan hadiah nobel dalam bidang kesehatan (Noble Prize in Physiology or Medicine) pada tahun 2005.
Bagaimana bakteri ini mampu menyebabkan luka pada dinding lambung? Jawabannya terdapat pada enzim urease yang dihasilkan oleh bakteri ini. Enzim ini akan menghasilkan amonia yang bersifat toksik dan merusak pertahanan mukosa lambung(4). Kerusakan mukosa diperparah dengan hadirnya asam lambung berlebih yang juga ikut ambil bagian untuk menyerang pertahanan di daerah ini. Sel-sel mukosa tak mampu menahan serangan dari asam lambung dan akhirnya sel-sel ini pun mati. Regenerasi sel mukosa tak mampu mengimbangi perlawanan asam lambung dan invasi bakteri H.pylori sehingga semakin lama dinding lambung dan usus akan terus menerus terkikis, dan menipis. Luka menjadi semakin melebar dan dalam, sehingga suatu saat akan terjadi pendarahan pada dinding lambung dan usus (bleeding). Selain pendarahan, jika semakin parah akan terbentuk lubang (dinding lambung mengalami perforasi) sehingga makanan di dalam lambung dapat tumpah ke rongga perut.
Tujuan dari terapi adalah menghilangkan atau mengeradikasi bakteri H.pylori dan mengontrol jumlah asam lambung berlebih yang dapat memperparah tukak. Terapi tunggal antibiotik atau terapi tunggal obat penurun kadar asam telah terbukti tidak optimal untuk mengobati tukak yang disebabkan karena infeksi bakteri H.pylori. Oleh sebab itu, diperlukan suatu kombinasi terapi yang terdiri dari antibiotika ditambah dengan obat-obat yang mampu menurunkan kadar asam lambung (misalnya penghambat pompa proton atau antagonis reseptor H2) untuk pasien yang positif H.pylori(4).
Bagaimana kita mengetahui telah terjadi infeksi bakteri H.pylori? Cara untuk mengetahuinya adalah dengan serangkaian tes di laboratorium. Tes yang dilakukan meliputi tes yang invasif yaitu dengan endoskopi; tes napas untuk mengetahui apakah terdapat urea dalam napas; tes serum darah dan tes feses, keduanya untuk mendeteksi antibodi IgG terhadap bakteri ini(2). Antibodi IgG merupakan zat yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai mekanisme pertahanan diri jika terdapat infeksi bakteri. Terdeteksinya antibodi IgG dalam serum darah dan feses menunjukkan terdapat infeksi bakteri H.pylori. Walaupun agak memakan biaya, tetapi tes ini sangat penting dilakukan untuk menentukan strategi terapi yang tepat. Jika tidak terdapat bakteri H.pylori maka cukup digunakan obat penekan jumlah asam lambung dan tidak perlu digunakan antibiotika.
Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk eradikasi bakteri H.pylori dan mengobati tukak :
ANTIBIOTIK. H.pylori sensitif dengan antibiotik tertentu misalnya amoxicillin (Amoxillin(R)-Pharos, kapsul 500 mg)(1) dan antibiotik golongan makrolida misalnya clarithromycin (Comtro(R)-Combiphar, tablet salut selaput 250 mg) (1). Antibiotik lini kedua yang digunakan yaitu tetrasiklin (Tetrin(R)-Interbat, kapsul 250 mg dan 500 mg) (1), metronidazole (Farizol(R)-Ifars, kaplet 250 mg dan 500 mg) (1), dan ciprofloxacin (Cetafloxo(R)-Soho, kapsul 250 mg dan kaplet 500 mg) (1). Salah satu indikasi semua obat golongan ini adalah untuk mengeradikasi bakteri H.pylori di saluran cerna. Kontraindikasi : pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap antibiotik, ibu hamil dan menyusui (tetrasikiln) (5). Efek samping yang paling umum terjadi dari penggunaan antibiotik adalah permasalahan di saluran pencernaan misalnya mual, muntah dan diare(5). Reaksi alergi dapat terjadi dengan semua antibiotik tetapi yang paling sering terjadi adalah alergi antibiotik golongan penisilin atau sulfa. Reaksi alergi yang terjadi mulai dari bercak merah pada kulit, biasanya jarang, namun parah dan mengancam jiwa karena menyebabkan shock anafilaksis(5).
OBAT PENEKAN JUMLAH ASAM LAMBUNG. Obat-obat golongan ini meliputi penghambat pompa proton (PPI/ proton pump inhibitor); antagonis reseptor H2 (H2RA/ H2 reseptor antagonist); dan antasid. PPI (Proton Pump Inhibitor) bekerja dengan cara menghambat atau memblok langsung tempat yang menghasilkan asam(3). Beberapa macam obat ini yaitu omeprazole (OMZ(R)-Ferron, kapsul 20 mg)(1), esomeprazole (Nexium(R)-AstraZeneca, tablet salut selaput 20 dan 40 mg)(1), lansoprazole (Nufaprazol(R)-Nufarindo, kapsul 30 mg)(1), rabeprazole (Pariet(R)-Eisai, tablet salut enterik 10 mg dan 20 mg)(1), dan pantoprazole (Pantozol(R)-Pharos, tablet 20 dan 40 mg)(1). Efek samping obat golongan ini jarang, meliputi sakit kepala, diare, konstipasi, muntah, dan ruam merah pada kulit(3). Ibu hamil dan menyusui sebaiknya menghindari penggunaan PPI. Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal lambung. Bila histamin berikatan dengan reseptor H2, maka akan dihasilkan asam(3). Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor, digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan. Beberapa macam obat ini yaitu cimetidine (Corsamet(R)-Corsa, tablet 200 mg dan 400 mg) (1), famotidine (Ifamul(R)-Guardian Pharmatama, tablet 20 mg)(1), ranitidine (Tricker(R)-Meprofarm, tablet salut selaput 150 mg)(1), dan nizatidine (Axid(R)-Eli Lily, kapsul 150 mg)(1). Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakit kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot, dan konstipasi.
BISMUT. Bismut biasanya dikombinasikan dengan obat penekan jumlah asam pada terapi tukak yang disertai infeksi bakteri H.pylori. Bismut aktif melawan H.pylori dengan konsentrasi hambat minimal yaitu 16 mg/ml (4). Beberapa macam obat yang mengandung bismut yaitu Diotame(R) dan Pepto-Bismol(R), keduanya dalam bentuk tablet kunyah 262 mg (5). Bismut dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap bismut.
Berikut ini adalah terapi kombinasi beserta dosis obat yang direkomendasikan dan telah disetujui oleh Food And Drugs Association (FDA) untuk melawan bakteri H.pylori dan menjaga agar tidak terjadi sekresi asam berlebih yang dapat memperparah tukak (4):
PPIAC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, amoksisilin, dan clarithromycin yang mempunyai keefektifan 90-95% dalam eradikasi H.pylori. Ketika menggunakan terapi ini, PPI diminum dua kali sehari sebelum makan selama 14 hari; amoksisilin 1000 mg dua kali sehari bersama dengan makanan selama 14 hari; dan clarithromycin 500 mg dua kali sehari diminum bersama dengan makanan selama 14 hari. FDA sudah membuktikan bahwa terapi selama 10 hari juga sudah efektif. Terapi 7 hari tidak disarankan oleh FDA karena kurang efektif dibandingkan terapi selama 10-14 hari. Antagonis reseptor H2 sebaiknya tidak ditambahkan pada kombinasi yang menggunakan PPI.
PPIMC. Kombinasi ini terdiri dari PPI, metronidazole, dan clarithromycin. Metronidazole 500 mg dapat digunakan sebagai pengganti amoksisilin karena memiliki daya eradikasi yang sama. Efektivitas kombinasi ini yaitu antara 88-95% untuk memeberantas bakteri H.pylori.
BMT-H2. Kombinasi ini terdiri dari bismut, metronidazole, dan terasiklin, ditambah dengan antagonis reseptor H2. Terapi ini agak rumit karena menggunakan empat macam obat yang diberikan empat kali sehari selama dua minggu dan masih dilanjutkan terapi dengan obat antagonis reseptor H2 selama 16 hari. Bismut yang diberikan adalah bismuth salisilat 262 mg, dua tablet empat kali sehari dengan cara dikunyah selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Metronidazole 250 mg diminum empat kali sehari selama dua minggu diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Tetrasiklin 500 mg diberikan empat kali sehari selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Antagonis reseptor H2 diberikan selama 30 hari untuk meningkatkan kesembuhan. PPI yang diminum dua kali sehari dapat digunakan untuk mengganti antagonis reseptor H2.
RBC-C. Kombinasi ini terdiri dari ranitidine, bismut citrat, dan clarithromycin. Ranitidine 150 mg ditambah bismut sitrat 240 mg diminum dua kali sehari selama empat minggu dikombinasikan dengan clarithromycin 500 mg diminum tiga kali sehari untuk dua minggu pertama. Kombinasi ini kurang efektif dibanding kombinasi lainnya di atas. Selain itu, waktu pemberiannya juga agak merepotkan, durasinya lama (empat minggu), ditambah lagi hanya satu antibiotik yang digunakan. RBC merupakan pilihan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

Terapi kombinasi tersebut akan mampu membunuh bakteri H.pylori yang menyebabkan tukak dan memperparah tukak. Mengapa kita harus waspada terhadap bakteri H.pylori? Bakteri ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang, dan angka kejadian tukak karena infeksi bakteri ini sangat tinggi di negara berkembang yang padat penduduknya, ekonomi lemah dan sanitasi lingkungannya yang buruk. Kita tinggal di Indonesia, negara yang sanitasi lingkungannya cukup amburadul. Dengan kata lain, kita pun akan mudah terserang infeksi bakteri ini. Satu-satunya cara adalah dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dan perubahan gaya hidup dan pola makan Anda. Jangan abaikan rasa nyeri di dalam tubuh Anda sebelum terjadi sesuatu yang lebih parah dalam tubuh Anda. Jangan sampai masa tua Anda menjadi sengsara karena serangan asam lambung yang berlebihan dan ulah jahat bakteri H.pylori yang tinggal dengan enaknya, membentuk keluarga bakteri yang hidup dengan nyaman di dalam saluran cerna Anda. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tetapi harga yang harus dibayar di waktu kemudian bisa tak terhingga mahalnya jika semuanya sudah terlambat untuk diatasi. Obati sebelum terlambat!

PUSTAKA
1). Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2006/2007, Edisi 6, Info Master, Jakarta.
2). DiPiro, T.J., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Pasey, l.M., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiological Approach, 6th Ed., The McGraw-Hill Inc., USA.
3). Hardman, J.G., Limbird, L.E., Molinof, P.B., Ruddon, R.w., 2006, The Pharmacological Basic of Therapeutics, 9th Ed., The McGraw-Hill Companies Inc., USA.
4). Kimble, M.A., Young, L.E., Kradjan, W.A., Guglielmo, B.J., Alldredge, B.K., Corelli, R.L., 2005, Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs, 8th Ed., Lippincot Williams & Wilkins, USA.
5). Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., dan Lance, L.L., Drug Information Handbook, 14th Ed., Lexicomp Inc., USA.

Sumber : http://yosefw.wordpress.com